Kallikak Family adalah nama samaran yang digunakan oleh Henry H. Goddard dalam studinya pada tahun 1912 tentang hubungan antara warisan genetika dan kecerdasan. Studi ini diterbitkan dalam bukunya The Kallikak Family: A Study in the Heredity of Feeble-Mindedness dan menjadi bagian dari gerakan eugenika, yang bertujuan untuk “memperbaiki” kualitas genetik manusia dengan mengendalikan reproduksi individu yang dianggap memiliki keterbelakangan mental.
Dalam penelitiannya, Goddard menelusuri keturunan seorang pria bernama Martin Kallikak (nama fiktif) yang memiliki dua garis keturunan. Satu garis berasal dari pernikahannya dengan seorang wanita “terhormat”, menghasilkan keturunan yang dianggap sukses dan cerdas. Garis lainnya berasal dari hubungan dengan seorang wanita yang disebut “berkecerdasan rendah”, menghasilkan keturunan yang dideskripsikan sebagai kriminal, miskin, dan mengalami gangguan mental.
Goddard mengklaim bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan dan moralitas diwariskan secara genetis, yang kemudian digunakan sebagai justifikasi untuk kebijakan sterilisasi paksa terhadap individu dengan keterbelakangan mental di Amerika Serikat dan negara lain.
Namun, studi ini kemudian banyak dikritik karena metodologi yang lemah dan bias. Goddard tidak mempertimbangkan faktor lingkungan seperti pendidikan dan sosial ekonomi, yang juga berperan dalam perkembangan kecerdasan dan perilaku. Bahkan, beberapa peneliti kemudian menemukan bahwa sebagian besar “fakta” dalam studi ini dilebih-lebihkan atau salah tafsir.
Meskipun telah dibantah, kasus Kallikak Family tetap menjadi contoh dalam psikologi tentang bagaimana penelitian yang tidak valid dapat digunakan untuk mendukung kebijakan diskriminatif. Kasus ini juga menjadi peringatan bagi para ilmuwan untuk lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan tentang hubungan antara genetika dan kecerdasan, serta pentingnya mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan dalam penelitian psikologi.