Pengertian Associationism
Associationism adalah teori dalam psikologi yang menyatakan bahwa pembelajaran, pemikiran, dan ingatan terjadi melalui pembentukan hubungan (asosiasi) antara ide, pengalaman, atau sensasi. Teori ini berakar pada empirisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman.
Associationism berkembang sebagai dasar dari banyak teori psikologi modern, terutama dalam behaviorisme, kognitif, dan neuropsikologi.
Sejarah dan Tokoh Penting dalam Associationism
1. Aristoteles (384–322 SM)
Mengembangkan tiga prinsip asosiasi:
- Kontiguitas (Contiguity): Ide yang muncul bersamaan dalam pengalaman cenderung dikaitkan.
- Kemiripan (Similarity): Ide yang mirip cenderung diasosiasikan.
- Kontras (Contrast): Ide yang berlawanan juga bisa diasosiasikan.
2. John Locke (1632–1704)
- Mengusulkan bahwa pikiran manusia adalah tabula rasa (lembaran kosong) yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan asosiasi.
3. David Hume (1711–1776)
- Mengembangkan teori bahwa semua pemikiran kompleks berasal dari hubungan antara ide-ide sederhana melalui asosiasi.
4. James Mill (1773–1836) & John Stuart Mill (1806–1873)
- Menjelaskan bahwa pemikiran manusia adalah hasil dari kombinasi elemen-elemen mental yang lebih sederhana.
5. Ivan Pavlov (1849–1936)
- Kondisioning klasik menunjukkan bagaimana asosiasi dapat dipelajari, misalnya anjing Pavlov mengasosiasikan bunyi bel dengan makanan.
6. Edward Thorndike (1874–1949)
- Mengembangkan Hukum Efek (Law of Effect) yang menyatakan bahwa perilaku yang menghasilkan hasil positif lebih mungkin untuk diulangi, sedangkan yang negatif akan berkurang.
Prinsip-Prinsip Associationism
1. Asosiasi Berdasarkan Kontiguitas
- Jika dua pengalaman terjadi berdekatan dalam waktu atau ruang, mereka akan dikaitkan.
- Contoh: Mendengar lagu tertentu saat jatuh cinta, lalu lagu itu selalu mengingatkan pada perasaan tersebut.
2. Asosiasi Berdasarkan Kemiripan
- Pikiran cenderung menghubungkan sesuatu yang mirip.
- Contoh: Melihat seseorang yang mirip dengan teman lama dan langsung mengingat teman tersebut.
3. Asosiasi Berdasarkan Kontras
- Pikiran bisa menghubungkan dua hal yang berlawanan.
- Contoh: “Gelap” diasosiasikan dengan “terang” karena merupakan kebalikan satu sama lain.
Associationism dalam Psikologi Modern
- Behaviorisme: Konsep ini menjadi dasar bagi teori kondisioning klasik (Pavlov) dan operant conditioning (Skinner).
- Psikologi Kognitif: Associationism membantu menjelaskan memori, pengambilan keputusan, dan persepsi dalam psikologi kognitif.
- Neurosains: Studi tentang bagaimana otak membentuk hubungan antara neuron berdasarkan pengalaman juga berasal dari konsep associationism.
Kritik terhadap Associationism
1. Tidak Menjelaskan Pemikiran Kompleks
- Associationism hanya berfokus pada hubungan sederhana dan kurang menjelaskan pemikiran abstrak dan kreatif.
2. Mengabaikan Peran Biologi dan Kognisi
- Teori ini cenderung melihat pikiran sebagai hasil dari pengalaman saja, tanpa mempertimbangkan faktor genetik dan struktur otak.
3. Kurangnya Penjelasan tentang Pembelajaran Cepat
- Tidak semua pembelajaran terjadi secara bertahap melalui asosiasi, beberapa konsep dapat dipahami secara instan tanpa banyak pengalaman.
Kesimpulan
Associationism adalah teori psikologi yang menyatakan bahwa pikiran bekerja dengan menghubungkan ide, pengalaman, dan sensasi melalui asosiasi. Teori ini menjadi dasar banyak pendekatan dalam behaviorisme, psikologi kognitif, dan neurosains. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, konsep asosiasi tetap menjadi elemen kunci dalam memahami bagaimana manusia belajar dan berpikir.