Circular Psychosis dalam Psikologi: Sebuah Tinjauan

Circular Psychosis adalah istilah yang merujuk pada gangguan mental yang ditandai dengan episode-episode psikotik yang berlangsung dalam siklus berulang. Dalam psikologi, “psikosis” sendiri mengacu pada gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan, yang bisa berupa delusi, halusinasi, atau pikiran yang kacau. Sementara itu, istilah “circular” menunjukkan bahwa gangguan ini terjadi dalam pola berulang atau siklus, di mana individu yang mengalaminya sering kali kembali ke kondisi psikotik setelah periode tertentu.

Ciri-ciri Circular Psychosis

Circular psychosis bisa dilihat sebagai bentuk gangguan psikotik yang memiliki pola berulang, di mana individu mengalami periode psikosis yang intens, diikuti oleh periode normalitas atau perbaikan sementara, dan kemudian siklus tersebut terulang lagi. Salah satu kondisi yang dapat digolongkan dalam kategori ini adalah gangguan bipolar dengan fitur psikotik. Dalam kasus ini, individu dapat mengalami periode manik atau depresi yang disertai dengan gejala psikotik, yang kemudian diikuti oleh periode stabilitas tanpa gejala psikotik.

Pada beberapa kasus, schizophrenia juga dapat menunjukkan pola siklus yang mirip dengan circular psychosis, meskipun bukan semua penderita skizofrenia mengalami pola ini. Orang dengan gangguan ini mungkin akan mengalami peningkatan gejala psikotik yang datang dan pergi, kadang-kadang terkait dengan stres atau faktor lingkungan tertentu.

Faktor Penyebab Circular Psychosis

Seperti gangguan psikotik lainnya, circular psychosis bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik biologis, psikologis, maupun lingkungan. Beberapa faktor yang berkontribusi pada terjadinya gangguan ini antara lain:

1. Faktor Genetik: Seperti banyak gangguan mental lainnya, faktor genetik dapat memainkan peran penting dalam kecenderungan seseorang untuk mengalami gangguan psikotik dengan pola siklik. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan psikotik atau gangguan mood dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya.

2. Stres Lingkungan: Stres berat atau peristiwa hidup yang signifikan, seperti kehilangan pekerjaan, perceraian, atau trauma, dapat memicu episode psikotik pada individu yang rentan. Stres ini seringkali menjadi pemicu yang mengaktifkan siklus gangguan tersebut.

3. Ketidakseimbangan Kimia Otak: Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin dalam otak dapat berkontribusi terhadap gangguan psikotik, termasuk yang bersifat siklik.

4. Penyalahgunaan Zat: Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan tertentu, seperti amfetamin atau kokain, juga bisa memicu atau memperburuk episode psikotik dalam beberapa kasus.

Circular Psychosis dalam Konteks Psikologi

Dalam psikologi, circular psychosis sering kali dipandang dalam konteks gangguan mood dengan gejala psikotik atau gangguan afektif psikotik. Gangguan-gangguan ini melibatkan fluktuasi mood yang ekstrem, baik manik (bersemangat, terlalu aktif) maupun depresif (merasa sangat sedih, kehilangan minat), yang diiringi dengan gejala psikotik seperti halusinasi atau delusi.

Penanganan gangguan ini umumnya melibatkan terapi kombinasi, yang mencakup penggunaan obat-obatan antipsikotik dan mood stabilizer, serta terapi psikologis untuk membantu individu memahami dan mengelola gangguan mereka.

Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Circular Psychosis

Namun, ada beberapa masalah yang sering terjadi terkait dengan istilah dan pengelolaan circular psychosis, baik dalam pemahaman klinis maupun dalam kehidupan sehari-hari individu yang mengalaminya:

1. Kesulitan dalam Diagnosa: Karena ciri-cirinya yang berulang dan perubahan gejala yang sering, circular psychosis kadang sulit untuk didiagnosis dengan tepat. Episode psikotik yang datang dan pergi bisa membuat diagnosis menjadi kabur, terutama jika periode stabilitas cukup panjang.

2. Penyalahgunaan Obat dan Ketergantungan: Beberapa individu dengan circular psychosis mungkin tergoda untuk mengonsumsi obat terlarang atau alkohol selama periode stabil untuk mencoba mengatasi perasaan atau gejala mereka, yang justru bisa memperburuk kondisi mereka. Ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan gangguan mereka.

3. Stigma Sosial: Psikosis secara umum masih sering dicap sebagai sesuatu yang menakutkan dan tidak dapat dipahami oleh masyarakat luas. Hal ini membuat banyak orang yang menderita circular psychosis enggan mencari bantuan medis karena takut diisolasi atau diperlakukan dengan tidak adil. Stigma ini juga bisa memperburuk perasaan cemas dan depresi mereka.

4. Pengelolaan Jangka Panjang: Karena sifat sikliknya, penderita circular psychosis mungkin merasa frustasi dengan kesulitan untuk mempertahankan stabilitas dalam jangka panjang. Ini bisa menyebabkan ketidakpercayaan pada terapi atau pengobatan yang sedang dijalani, karena mereka merasa siklus tersebut tidak dapat dihentikan sepenuhnya.

5. Kesulitan dalam Hubungan Pribadi dan Sosial: Gangguan siklik ini bisa memengaruhi hubungan pribadi penderita. Episode psikotik sering kali datang dengan perubahan perilaku yang drastis, dan ini bisa menyebabkan kesalahpahaman serta ketegangan dalam hubungan interpersonal. Kesulitan dalam menjelaskan kondisi mereka juga sering kali menjadi sumber stres tambahan bagi penderita.

Penutup

Circular psychosis adalah gangguan psikotik yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam banyak cara. Meskipun gangguan ini berpotensi untuk disembuhkan dengan pengelolaan yang tepat, termasuk terapi medis dan psikoterapi, masalah yang sering terjadi terkait diagnosis, pengobatan, dan stigma sosial harus menjadi perhatian utama. Penting bagi para profesional kesehatan mental untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan ini kepada pasien dan masyarakat agar mereka dapat menerima dukungan yang mereka butuhkan tanpa rasa takut atau malu.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *