Apa Itu Completion Test?
Completion Test adalah jenis tes psikologi atau evaluasi kognitif yang meminta peserta untuk melengkapi bagian yang hilang dalam sebuah pernyataan, cerita, pola, atau gambar. Tes ini sering digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir, daya ingat, pemahaman bahasa, dan kreativitas.
Jenis Completion Test
1. Sentence Completion Test (Tes Pelengkapan Kalimat)
Peserta diminta untuk menyelesaikan kalimat yang belum lengkap.
Contoh:
- “Jika saya memiliki lebih banyak waktu, saya akan ____.”
Tes ini sering digunakan dalam psikologi klinis untuk memahami pola pikir dan emosi seseorang.
2. Word Completion Test (Tes Pelengkapan Kata)
- Peserta diberi bagian dari sebuah kata dan harus melengkapinya.
- Contoh: PSIKO____ → PSIKOLOGI
- Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan bahasa dan memori.
3. Story Completion Test (Tes Pelengkapan Cerita)
- Peserta diberikan bagian dari sebuah cerita dan diminta untuk melanjutkannya.
- Digunakan dalam psikologi proyektif untuk memahami kepribadian dan pola pikir individu.
4. Figure Completion Test (Tes Pelengkapan Gambar)
- Peserta melihat gambar yang tidak lengkap dan diminta untuk melengkapinya.
- Digunakan dalam tes kecerdasan visual dan spasial.
Tujuan Completion Test dalam Psikologi
1. Menilai Pemikiran Kreatif dan Logis
- Melalui tes ini, dapat diidentifikasi cara seseorang berpikir dan menyelesaikan masalah.
2. Menganalisis Kepribadian dan Emosi
- Dalam psikologi klinis, completion test membantu memahami pola pikir bawah sadar seseorang.
3. Mengukur Daya Ingat dan Kognisi
- Tes ini sering digunakan dalam penelitian tentang gangguan memori seperti demensia atau amnesia.
4. Evaluasi Kemampuan Bahasa dan Pemahaman
- Digunakan untuk menilai perkembangan bahasa, terutama pada anak-anak dan pembelajar bahasa asing.
Masalah yang Sering Terjadi dalam Completion Test
1. Subjektivitas dalam Interpretasi
- Jawaban sering bersifat terbuka dan dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh penguji.
2. Pengaruh Latar Belakang dan Budaya
- Hasil bisa dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan budaya peserta, sehingga kurang objektif dalam beberapa kasus.
3. Kesulitan dalam Standarisasi
- Beberapa completion test, terutama yang bersifat proyektif, sulit untuk memiliki standar penilaian yang konsisten.
Kesimpulan
Completion Test adalah alat evaluasi psikologis yang meminta peserta untuk melengkapi bagian yang hilang dalam teks, kata, cerita, atau gambar. Tes ini sering digunakan untuk mengukur kognisi, kreativitas, kepribadian, dan pemahaman bahasa. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, completion test tetap menjadi metode yang efektif dalam berbagai bidang psikologi dan pendidikan.