Compromise Formation dalam Psikologi

Compromise formation adalah konsep dalam teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, yang merujuk pada mekanisme pertahanan di mana konflik antara dorongan bawah sadar (id), norma sosial (superego), dan realitas (ego) menghasilkan perilaku atau pikiran yang merupakan kompromi dari ketiga kekuatan tersebut.

Dalam konteks ini, ego berusaha menyeimbangkan keinginan yang bertentangan dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan psikologis. Hasil dari kompromi ini bisa berupa mimpi, kesalahan berbicara (Freudian slip), gejala neurotik, atau perilaku tertentu yang tampaknya tidak masuk akal tetapi sebenarnya mencerminkan dorongan bawah sadar yang tersamar.

Contoh Compromise Formation

1. Freudian Slip (Lapsus Lidah)

  • Seseorang yang sedang diet ingin mengatakan, “Tolong ambilkan air,” tetapi tanpa sadar mengatakan, “Tolong ambilkan es krim.”
  • Ini bisa mencerminkan keinginan terpendam untuk makan makanan manis, tetapi karena norma dietnya, keinginan itu muncul dalam bentuk kesalahan berbicara.

2. Gejala Neurotik

  • Seorang individu yang memiliki kemarahan terpendam terhadap atasannya mungkin mengalami sakit kepala kronis setiap kali bertemu dengannya.
  • Rasa sakit ini bisa menjadi kompromi antara dorongan agresif (id) dan tekanan sosial untuk tetap sopan (superego).

3. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Terselubung

  • Dalam psikoanalisis, Freud percaya bahwa mimpi sering kali merupakan hasil dari compromise formation, di mana keinginan bawah sadar dimanifestasikan dalam bentuk simbolik agar tidak terlalu mengganggu kesadaran.

4. Perilaku Pasif-Agresif

  • Seseorang yang kesal tetapi tidak ingin secara langsung mengungkapkan kemarahannya bisa menunjukkan perilaku pasif-agresif, seperti dengan sengaja terlambat menghadiri rapat atau melupakan janji.

Compromise Formation dan Mekanisme Pertahanan

Compromise formation terkait erat dengan berbagai mekanisme pertahanan ego, seperti:

  • Represi: Dorongan yang tidak dapat diterima ditekan ke alam bawah sadar.
  • Sublimasi: Mengubah dorongan yang tidak dapat diterima menjadi aktivitas yang lebih sosial atau kreatif.
  • Rasionalisasi: Membuat alasan yang masuk akal untuk menutupi motivasi yang sebenarnya.

Masalah yang Sering Terjadi dalam Compromise Formation

1. Gangguan Neurotik

  • Jika konflik antara id dan superego terlalu kuat, compromise formation bisa bermanifestasi dalam kecemasan, fobia, atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

2. Konflik Diri yang Tidak Disadari

  • Seseorang mungkin terus mengalami pola perilaku yang merugikan tanpa menyadari akar masalahnya.

3. Kesulitan dalam Hubungan Sosial

  • Jika compromise formation menghasilkan perilaku pasif-agresif atau manipulatif, individu mungkin mengalami masalah dalam hubungan interpersonal.

Kesimpulan

Compromise formation adalah proses psikologis yang terjadi ketika ego berusaha menyeimbangkan konflik antara dorongan bawah sadar dan norma sosial. Meskipun dapat membantu individu berfungsi secara sosial, mekanisme ini juga dapat menyebabkan gejala neurotik atau konflik psikologis jika tidak dikelola dengan baik. Dalam psikoterapi, terutama psikoanalisis, memahami compromise formation dapat membantu mengungkap akar dari berbagai masalah psikologis dan perilaku yang tidak disadari.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *