Pengertian Defective Delinquent
Istilah defective delinquent merujuk pada individu yang memiliki gangguan intelektual atau defisiensi mental serta menunjukkan perilaku delinkuen (kriminal atau antisosial). Dalam psikologi, konsep ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki keterbatasan kognitif yang signifikan, sehingga sulit memahami norma sosial, mengendalikan impuls, atau membedakan antara tindakan yang benar dan salah.
Orang yang dikategorikan sebagai defective delinquent sering kali menunjukkan pola perilaku yang menyimpang dari norma sosial, seperti pencurian, kekerasan, atau perilaku merusak, yang sebagian besar disebabkan oleh keterbatasan intelektual mereka dalam memahami konsekuensi dari tindakan tersebut.
Ciri-ciri Defective Delinquent
1. Keterbatasan Kognitif
- Memiliki IQ rendah atau mengalami keterlambatan perkembangan mental, yang membuat mereka sulit memahami konsep abstrak dan aturan sosial.
2. Kurangnya Kontrol Diri
- Sering kali bertindak impulsif dan memiliki kesulitan dalam menahan dorongan untuk melakukan tindakan negatif.
3. Kesulitan dalam Belajar dan Beradaptasi
- Mengalami hambatan dalam pendidikan dan pelatihan, serta sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial yang menuntut pemahaman yang kompleks.
4. Kecenderungan Perilaku Antisosial
- Sering terlibat dalam tindakan kriminal atau pelanggaran hukum, seperti pencurian, vandalisme, atau kekerasan.
5. Kurangnya Empati dan Pemahaman Sosial
- Sulit memahami perspektif orang lain dan kurang mampu mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan sekitar.
Penyebab Defective Delinquency
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami defective delinquency antara lain:
1. Faktor Genetik dan Biologis
- Gangguan perkembangan otak, keterbelakangan mental, atau kelainan genetik dapat meningkatkan risiko perilaku delinkuen.
2. Kurangnya Pendidikan dan Bimbingan Sosial
- Anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup atau tidak memiliki figur otoritas yang membimbing mereka cenderung mengalami kesulitan memahami norma sosial.
3. Lingkungan yang Buruk
- Tumbuh di lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi, pelecehan, atau pengabaian orang tua dapat memperkuat perilaku antisosial.
4. Gangguan Mental yang Tidak Ditangani
- Beberapa individu dengan gangguan mental tertentu, seperti gangguan kontrol impuls atau gangguan kepribadian, berisiko lebih tinggi menjadi defective delinquent.
Dampak Psikologis Defective Delinquency
Defective delinquency memiliki dampak yang cukup besar, baik pada individu itu sendiri maupun pada masyarakat secara keseluruhan:
Dampak bagi Individu
- Kesulitan dalam Menjalani Kehidupan Normal → Individu dengan perilaku delinkuen dan gangguan intelektual sering mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial, mendapatkan pekerjaan, atau menjalani kehidupan yang stabil.
- Pengulangan Perilaku Kriminal → Karena kurangnya pemahaman tentang konsekuensi tindakan mereka, banyak individu defective delinquent yang terus terlibat dalam perilaku kriminal.
- Gangguan Mental Tambahan → Isolasi sosial, tekanan hukum, dan ketidakmampuan beradaptasi dapat memperburuk kondisi psikologis mereka, seperti menyebabkan depresi atau gangguan kecemasan.
Dampak bagi Masyarakat
- Tingkat Kriminalitas yang Lebih Tinggi → Kurangnya pemahaman hukum dan kontrol diri meningkatkan risiko perilaku kriminal yang merugikan lingkungan sekitar.
- Beban pada Sistem Hukum dan Kesehatan Mental → Individu defective delinquent sering kali berulang kali masuk ke dalam sistem peradilan, yang membebani lembaga pemasyarakatan dan layanan kesehatan mental.
Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Defective Delinquent
1. Kesulitan dalam Rehabilitasi
- Karena keterbatasan intelektual, banyak individu defective delinquent yang sulit untuk memahami dan menerapkan perubahan perilaku yang diperlukan dalam rehabilitasi.
2. Kurangnya Akses ke Pendidikan dan Pelatihan
- Banyak individu dengan kondisi ini tidak mendapatkan pendidikan khusus atau program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yang membuat mereka semakin sulit beradaptasi dengan kehidupan sosial.
3. Stigma Sosial dan Diskriminasi
- Masyarakat sering kali menganggap individu defective delinquent sebagai orang yang tidak bisa diperbaiki, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan atau diterima kembali dalam komunitas setelah menjalani hukuman.
4. Kurangnya Intervensi Dini
- Jika gangguan intelektual dan kecenderungan delinkuen tidak terdeteksi sejak dini, individu tersebut akan terus berkembang tanpa bimbingan yang tepat, yang pada akhirnya meningkatkan risiko mereka terlibat dalam tindakan kriminal lebih serius.
Kesimpulan
Defective delinquent adalah individu yang memiliki gangguan intelektual dan menunjukkan perilaku delinkuen atau kriminal. Penyebabnya bisa berasal dari faktor genetik, lingkungan, kurangnya pendidikan, atau gangguan mental yang tidak ditangani dengan baik.
Dampak dari kondisi ini dapat merugikan baik bagi individu maupun masyarakat secara luas. Oleh karena itu, intervensi yang tepat, seperti pendidikan khusus, terapi perilaku, dan program rehabilitasi yang sesuai, sangat diperlukan untuk membantu individu defective delinquent agar bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan tidak terus-menerus terjebak dalam siklus kriminalitas.