Despair atau keputusasaan adalah kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan kehilangan harapan, ketidakberdayaan, dan ketiadaan tujuan. Dalam psikologi, despair sering dikaitkan dengan depresi, stres berat, dan gangguan mental lainnya.
Despair dalam Teori Psikologi
1. Teori Erik Erikson: Integrity vs. Despair
- Erik Erikson, seorang psikolog perkembangan, memasukkan despair dalam tahap perkembangan psikososialnya.
- Pada tahap integritas vs. despair (sekitar usia lanjut), seseorang akan mengevaluasi hidupnya.
- Jika mereka merasa puas dengan hidupnya, mereka mencapai integritas. Sebaliknya, jika mereka merasa banyak penyesalan dan kegagalan, mereka mengalami despair.
2. Teori Kognitif tentang Despair
- Albert Ellis dan Aaron Beck menghubungkan despair dengan pola pikir negatif.
- Orang yang mengalami despair sering memiliki skema kognitif maladaptif, yaitu keyakinan bahwa tidak ada harapan dan segala usaha akan sia-sia.
3. Despair dalam Model Stres dan Koping
- Menurut teori stres, despair muncul ketika seseorang mengalami tekanan tanpa sumber daya atau dukungan untuk mengatasinya.
- Ketidakmampuan menghadapi masalah dapat menyebabkan despair yang berujung pada gangguan mental seperti depresi atau kecemasan ekstrem.
Penyebab Despair
1. Kehilangan atau Trauma
- Kehilangan orang tercinta, pekerjaan, atau mengalami kejadian traumatis dapat memicu despair.
2. Kegagalan Berulang
- Jika seseorang terus-menerus gagal mencapai tujuan tanpa dukungan atau strategi yang tepat, mereka bisa kehilangan harapan.
3. Kesepian dan Isolasi Sosial
- Kurangnya dukungan sosial atau perasaan tidak dimengerti oleh orang lain dapat memperburuk despair.
4. Gangguan Mental
- Depresi berat, gangguan kecemasan, atau PTSD sering kali berkaitan dengan despair yang mendalam.
5. Penyakit Kronis atau Kondisi Kesehatan yang Buruk
- Orang dengan penyakit terminal atau kondisi yang membatasi aktivitas mereka sering mengalami despair karena merasa tidak berdaya.
Dampak Despair terhadap Psikologi dan Perilaku
1. Mengurangi Motivasi dan Produktivitas
- Orang yang mengalami despair cenderung kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Meningkatkan Risiko Depresi dan Bunuh Diri
- Despair yang terus-menerus dapat memperburuk kondisi mental dan meningkatkan pemikiran untuk mengakhiri hidup.
3. Gangguan dalam Hubungan Sosial
- Seseorang dalam keadaan despair sering menarik diri dari lingkungan sosial, yang semakin memperburuk perasaan kesepian.
4. Pikiran Irasional dan Pesimisme Ekstrem
- Mereka yang mengalami despair sering kali berpikir bahwa tidak ada jalan keluar dari masalah mereka, meskipun ada solusi yang sebenarnya bisa dicapai.
Cara Mengatasi Despair
1. Mengubah Pola Pikir Negatif
- Menggunakan terapi kognitif (CBT) untuk menggantikan keyakinan pesimis dengan pandangan yang lebih rasional dan positif.
2. Mencari Dukungan Sosial
- Berbicara dengan teman, keluarga, atau terapis dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan kehilangan harapan.
3. Menetapkan Tujuan Kecil dan Terukur
- Mencapai kemajuan kecil dapat membantu membangun kembali rasa percaya diri dan harapan.
4. Mindfulness dan Teknik Relaksasi
- Meditasi, yoga, atau latihan pernapasan bisa membantu seseorang lebih fokus pada momen sekarang dan mengurangi stres.
5. Mencari Bantuan Profesional
- Jika despair berkepanjangan dan mulai mempengaruhi kehidupan sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Kesimpulan
Despair adalah kondisi emosional yang bisa sangat membebani, tetapi bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Dengan memahami penyebabnya dan menggunakan strategi yang tepat, seseorang dapat keluar dari perasaan putus asa dan menemukan kembali harapan dalam hidup.