Deuteranomalous adalah bentuk buta warna merah-hijau yang paling umum, di mana sensitivitas terhadap warna hijau terganggu. Kondisi ini termasuk dalam kategori deuteranomali, yang merupakan jenis buta warna parsial akibat kelainan pada sel kerucut hijau (M-cones) di retina mata.
Deuteranomalous dalam Konteks Psikologi
1. Gangguan Persepsi Warna
- Individu dengan deuteranomali mengalami kesulitan membedakan warna hijau dan merah karena sel kerucut hijau tidak berfungsi dengan optimal.
- Warna dapat tampak lebih kusam atau bercampur dengan warna lain.
2. Dampak Kognitif dan Psikososial
- Kesulitan dalam membedakan warna dapat mempengaruhi pengalaman visual sehari-hari, terutama dalam membaca peta, memilih pakaian, atau memahami sinyal lalu lintas.
- Bisa menyebabkan frustrasi atau rasa tidak percaya diri, terutama jika kondisi ini tidak disadari sejak dini.
3. Implikasi dalam Psikologi Eksperimental
- Dalam studi persepsi warna, individu dengan deuteranomali digunakan sebagai subjek untuk memahami bagaimana otak menafsirkan warna dalam kondisi tidak sempurna.
- Tes Ishihara sering digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini.
Masalah yang Sering Terjadi pada Deuteranomalous
- Kesulitan dalam pekerjaan tertentu → Profesi yang bergantung pada persepsi warna (misalnya desain grafis, militer, penerbangan) mungkin lebih sulit dijalani oleh individu dengan kondisi ini.
- Hambatan dalam pembelajaran visual → Anak-anak dengan deuteranomali mungkin kesulitan memahami materi yang bergantung pada warna (seperti diagram atau grafik).
- Kurangnya kesadaran diri → Banyak individu tidak menyadari bahwa mereka mengalami deuteranomali hingga menjalani tes buta warna.
Kesimpulan
Deuteranomalous adalah bentuk buta warna parsial yang memengaruhi bagaimana seseorang melihat warna hijau dan merah. Dalam psikologi persepsi, kondisi ini memberikan wawasan tentang bagaimana otak memproses warna dan bagaimana individu menyesuaikan diri dengan keterbatasan visual mereka.