Diaschisis adalah fenomena neurologis di mana suatu bagian otak yang tidak mengalami kerusakan secara langsung mengalami gangguan fungsi akibat cedera atau lesi pada area lain. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Constantin von Monakow pada tahun 1914.
Diaschisis dalam Konteks Psikologi dan Neurologi
1. Mekanisme Diaschisis
- Ketika suatu bagian otak mengalami kerusakan (misalnya akibat stroke, trauma, atau cedera otak traumatis), area lain yang terhubung secara fungsional atau struktural dapat mengalami gangguan fungsi sementara.
- Gangguan ini terjadi karena penurunan aliran darah, perubahan metabolisme, atau gangguan komunikasi antar-neuron.
2. Jenis-Jenis Diaschisis
- Diaschisis kortiko-subkortikal → Gangguan fungsi di area subkortikal akibat kerusakan di korteks serebral.
- Diaschisis transkalosal → Disfungsi di satu hemisfer otak karena lesi di hemisfer lain melalui corpus callosum.
- Diaschisis serebelo-serebral → Gangguan fungsi di korteks serebral akibat kerusakan di otak kecil (cerebellum).
3. Hubungan dengan Pemulihan Neurologis
- Pada beberapa kasus, gangguan akibat diaschisis bersifat sementara, dan fungsinya dapat pulih setelah aliran darah dan metabolisme kembali normal.
- Proses rehabilitasi seperti terapi fisik, terapi wicara, dan stimulasi otak sering digunakan untuk mempercepat pemulihan.
Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Diaschisis
- Gangguan Motorik dan Sensorik → Jika diaschisis memengaruhi jalur motorik, pasien bisa mengalami kesulitan bergerak atau kehilangan sensasi di bagian tubuh tertentu.
- Gangguan Kognitif dan Emosional → Diaschisis yang memengaruhi area kognitif bisa menyebabkan kesulitan berbicara, kehilangan memori, atau perubahan suasana hati.
- Ketergantungan pada Neuroplastisitas → Pemulihan dari diaschisis tergantung pada kemampuan otak untuk beradaptasi dan membangun kembali koneksi antar-neuron.
Kesimpulan
Diaschisis adalah fenomena gangguan fungsi otak di area yang tidak langsung mengalami kerusakan, sering terjadi akibat stroke atau cedera otak. Meskipun dapat bersifat sementara, rehabilitasi dan terapi menjadi kunci utama dalam pemulihan fungsi otak yang terdampak.