Pengertian Dizygotic
Istilah dizygotic merujuk pada kembar dua yang berkembang dari dua sel telur yang berbeda dan dibuahi oleh dua sperma yang berbeda. Kembar dizygotic sering disebut sebagai kembar fraternal (kembar tidak identik) karena mereka memiliki kombinasi genetik yang berbeda, mirip seperti saudara kandung biasa yang lahir pada waktu berbeda.
Berbeda dengan kembar monozigotik (kembar identik), kembar dizygotic tidak memiliki DNA yang sepenuhnya sama, sehingga mereka bisa memiliki jenis kelamin yang berbeda, perbedaan fisik yang mencolok, serta karakteristik kepribadian yang unik.
Faktor yang Mempengaruhi Kembar Dizygotic
Beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan memiliki anak kembar dizygotic meliputi:
1. Faktor Genetik
- Wanita dengan riwayat keluarga yang memiliki kembar dizygotic lebih berpotensi melahirkan anak kembar jenis ini.
2. Usia Ibu
- Wanita yang hamil di usia lebih tua, terutama di atas 35 tahun, memiliki peluang lebih besar untuk melepaskan lebih dari satu sel telur dalam satu siklus ovulasi, meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar dizygotic.
3. Terapi Kesuburan
- Penggunaan obat stimulasi ovulasi atau teknologi reproduksi berbantu seperti In Vitro Fertilization (IVF) meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar dizygotic.
4. Etnisitas
- Beberapa kelompok etnis, seperti orang Afrika, memiliki tingkat kelahiran kembar dizygotic yang lebih tinggi dibandingkan populasi lain.
Kembar Dizygotic dalam Perspektif Psikologi
Dari sudut pandang psikologi, kembar dizygotic sering menjadi subjek penelitian untuk memahami pengaruh genetika dan lingkungan terhadap perkembangan kepribadian, kecerdasan, serta perilaku sosial.
Perbedaan Kepribadian dan Kecerdasan
- Genetika dan Lingkungan → Karena kembar dizygotic hanya berbagi sekitar 50% gen yang sama, kepribadian dan tingkat kecerdasan mereka bisa lebih bervariasi dibandingkan kembar identik.
- Pengaruh Lingkungan → Faktor seperti pola asuh, pendidikan, dan pengalaman sosial memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian mereka.
Ikatan Emosional Antara Kembar Dizygotic
- Meskipun tidak memiliki DNA yang sama seperti kembar monozigotik, kembar dizygotic tetap memiliki ikatan emosional yang kuat, terutama jika mereka dibesarkan bersama.
- Kembar dizygotic bisa memiliki hubungan yang lebih mirip saudara kandung biasa, tetapi dengan keterikatan lebih erat karena mereka melewati tahap perkembangan yang sama sejak dalam kandungan.
Dampak pada Perkembangan Sosial
- Kembar dizygotic sering mengalami perbandingan sosial, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar, yang bisa memengaruhi konsep diri mereka.
- Beberapa kembar mungkin mengalami persaingan antar saudara dalam hal prestasi akademik, olahraga, atau popularitas.
Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Dizygotic dalam Psikologi
1. Perbandingan dan Kompetisi
- Kembar dizygotic sering dibandingkan satu sama lain dalam hal prestasi, kepribadian, dan penampilan, yang bisa menyebabkan persaingan tidak sehat atau perasaan rendah diri pada salah satu individu.
2. Identitas Individual
- Meskipun mereka kembar, setiap individu memiliki identitas unik. Namun, banyak orang cenderung menganggap mereka sebagai satu kesatuan, yang dapat menghambat perkembangan identitas pribadi mereka.
3. Dampak pada Hubungan Sosial
- Beberapa kembar dizygotic mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan di luar lingkup keluarga karena keterikatan yang kuat dengan saudara kembarnya.
4. Perbedaan dalam Perkembangan Emosi dan Kognitif
- Karena faktor genetik yang berbeda, salah satu kembar mungkin memiliki perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan yang lain, yang dapat memengaruhi dinamika keluarga dan psikologis individu.
Kesimpulan
Kembar dizygotic adalah kembar yang berasal dari dua zigot berbeda, yang membuat mereka memiliki perbedaan genetik seperti saudara kandung biasa, tetapi lahir pada saat yang bersamaan. Dalam psikologi, mereka menjadi fokus studi untuk memahami interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dalam membentuk kepribadian, kecerdasan, dan hubungan sosial.
Meskipun kembar dizygotic sering memiliki ikatan yang erat, mereka juga menghadapi tantangan psikologis, seperti perbandingan sosial, pencarian identitas individual, serta perbedaan dalam perkembangan emosi dan kognitif. Oleh karena itu, penting bagi keluarga dan lingkungan untuk memberikan dukungan yang seimbang agar setiap individu dapat berkembang secara optimal tanpa merasa terhambat oleh ekspektasi sebagai “kembar.”