Facticious dalam Psikologi: Pengertian, Tujuan, dan Permasalahan


Facticious berasal dari kata “factitious,” yang dalam psikologi merujuk pada sesuatu yang dibuat-buat atau dipalsukan, sering kali terkait dengan kondisi yang dikenal sebagai Factitious Disorder. Factitious Disorder adalah gangguan mental di mana seseorang secara sengaja menciptakan, melebih-lebihkan, atau meniru gejala penyakit fisik atau mental tanpa adanya keuntungan eksternal yang jelas, seperti uang atau pembebasan dari tanggung jawab.

Tujuan Studi Factitious Disorder dalam Psikologi

1. Memahami Motivasi di Balik Perilaku Palsu – Penelitian bertujuan untuk memahami alasan mengapa seseorang berpura-pura sakit meskipun tidak ada keuntungan materiil yang didapat.

2. Mengembangkan Metode Diagnostik yang Akurat – Karena sifat gangguan ini sulit diidentifikasi, psikolog berupaya mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mendeteksinya.

3. Mencari Strategi Pengobatan yang Efektif – Pendekatan seperti terapi kognitif-behavioral (CBT) digunakan untuk membantu individu mengatasi dorongan mereka untuk berpura-pura sakit.

4. Mengurangi Beban pada Sistem Kesehatan – Karena Factitious Disorder dapat menyebabkan pengeluaran medis yang tidak perlu, studi tentang gangguan ini membantu dalam mengurangi beban sistem kesehatan.

Contoh Penerapan Factitious Disorder dalam Penelitian

Seorang individu dengan Factitious Disorder mungkin sering berpindah-pindah rumah sakit, memberikan riwayat medis yang tidak konsisten, atau bahkan menyakiti diri sendiri untuk menciptakan gejala yang meyakinkan. Dalam kasus ekstrem, seseorang dengan Munchausen Syndrome by Proxy dapat menciptakan penyakit pada orang lain, seperti anak atau anggota keluarga, untuk mendapatkan perhatian sebagai pengasuh.

Masalah yang Sering Terjadi dalam Factitious Disorder

1. Kesulitan dalam Diagnosis – Pasien sering kali sangat meyakinkan dalam berpura-pura sakit, sehingga sulit dibedakan dari kondisi medis nyata.

2. Kurangnya Kesadaran tentang Gangguan Ini – Banyak tenaga medis dan masyarakat umum yang belum sepenuhnya memahami gangguan ini.

3. Resistensi terhadap Pengobatan – Pasien biasanya menolak mengakui bahwa mereka berpura-pura sakit, sehingga terapi menjadi sulit.

4. Dampak Etis dalam Penanganan – Dokter harus menyeimbangkan antara memberikan perawatan medis yang diperlukan dan menghindari memberikan tes atau prosedur yang tidak perlu.

Kesimpulan

Factitious Disorder adalah gangguan psikologis yang kompleks dan sering kali sulit diidentifikasi serta diobati. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami motivasi di balik perilaku ini, mengembangkan metode diagnosis yang lebih akurat, dan mencari strategi pengobatan yang lebih efektif. Dengan pemahaman yang lebih baik, tenaga medis dan psikolog dapat membantu individu yang mengalami gangguan ini dengan lebih baik dan mengurangi dampak negatifnya pada sistem kesehatan.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *