Dalam psikologi, alter merujuk pada kepribadian alternatif yang sering dikaitkan dengan Dissociative Identity Disorder (DID) atau gangguan identitas disosiatif. DID adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda yang mengambil alih perilaku individu secara bergantian. Istilah “alter” berasal dari kata “alternative personality”, yang berarti kepribadian alternatif yang memiliki pola pikir, ingatan, dan perilaku yang berbeda dari kepribadian utama (host).
Karakteristik Alter
Alter dalam konteks psikologi biasanya memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari kepribadian lainnya. Karakteristik ini dapat mencakup:
1. Nama dan Identitas Unik
Setiap alter dapat memiliki nama, usia, jenis kelamin, atau bahkan latar belakang yang berbeda dari kepribadian utama. Misalnya, seorang individu dengan DID mungkin memiliki alter yang mengidentifikasi dirinya sebagai anak kecil atau bahkan sebagai individu dari budaya yang berbeda.
2. Perilaku dan Gaya Berpikir yang Berbeda
Alter mungkin memiliki pola perilaku, kepribadian, dan cara berpikir yang sangat berbeda. Contohnya, satu alter mungkin pemalu dan pendiam, sementara alter lainnya agresif dan percaya diri.
3. Fungsi Khusus
Beberapa alter memiliki fungsi atau tujuan tertentu dalam melindungi atau membantu individu. Misalnya, ada alter yang bertugas menangani situasi traumatis, melindungi kepribadian utama, atau menghadapi stres emosional yang intens.
4. Kehilangan Ingatan (Amnesia)
Pergantian antara alter dan kepribadian utama sering kali menyebabkan kehilangan ingatan tentang apa yang dilakukan atau dialami oleh alter lainnya. Hal ini dikenal sebagai “amnestic barrier”.
Penyebab Munculnya Alter
Kemunculan alter sering kali dikaitkan dengan pengalaman traumatis yang signifikan, terutama pada masa kanak-kanak. Trauma seperti pelecehan fisik, emosional, atau seksual dapat memicu mekanisme pertahanan psikologis yang menyebabkan individu “membagi” kesadaran mereka untuk mengatasi rasa sakit atau stres. Alter terbentuk sebagai cara untuk melindungi diri dari trauma tersebut.
Peran Alter dalam Psikologi Klinis
1. Diagnosis Gangguan Identitas Disosiatif
Keberadaan alter adalah salah satu kriteria utama dalam diagnosis gangguan identitas disosiatif. Terapi psikologis sering kali berfokus pada memahami hubungan antara alter-alter ini dan mengintegrasikan mereka menjadi satu identitas yang kohesif.
2. Pendekatan Terapi
Terapi untuk individu dengan DID sering melibatkan teknik seperti terapi bicara (talk therapy), terapi trauma, atau hipnoterapi untuk membantu pasien mengenali dan mengintegrasikan alter.
3. Pemahaman yang Lebih Dalam
Studi tentang alter membantu psikolog dan psikiater memahami bagaimana pikiran manusia dapat membagi kesadaran sebagai bentuk adaptasi terhadap trauma ekstrem.
Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Istilah Alter
1. Kesalahpahaman dan Stigma
Salah satu masalah utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang istilah alter dan DID. Banyak orang yang salah mengira gangguan ini sebagai perilaku “berpura-pura” atau hanya sebagai gejala “kepribadian ganda,” yang sebenarnya merupakan pandangan yang tidak akurat.
2. Kesulitan Diagnostik
DID sering kali sulit didiagnosis karena gejalanya dapat tumpang tindih dengan gangguan lain seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Hal ini menyebabkan beberapa pasien dengan alter tidak menerima perawatan yang tepat.
3. Perubahan Kepribadian yang Tidak Terkontrol
Pergantian antara alter dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, hubungan sosial, atau aktivitas rutin. Individu mungkin tidak menyadari apa yang dilakukan oleh alter lainnya, yang menyebabkan kebingungan atau kesulitan dalam mempertahankan konsistensi hidup.
4. Trauma yang Berulang
Karena alter sering terbentuk untuk melindungi individu dari trauma, keberadaan alter dapat memunculkan kembali ingatan atau emosi traumatis, yang dapat memperburuk kondisi psikologis pasien.
5. Kurangnya Dukungan Profesional
Dalam beberapa kasus, tenaga medis atau psikolog tidak memiliki pelatihan atau pengetahuan yang cukup untuk menangani pasien dengan DID dan alter, sehingga pengobatan menjadi kurang efektif.
Kesimpulan
Istilah alter adalah elemen penting dalam memahami gangguan identitas disosiatif (DID) yang mencerminkan kompleksitas pikiran manusia dalam menghadapi trauma. Meskipun alter memainkan peran protektif, keberadaannya juga dapat menimbulkan tantangan signifikan dalam kehidupan sehari-hari individu. Dengan pemahaman yang lebih baik dan pendekatan terapi yang tepat, pasien dapat belajar mengintegrasikan alter-alter mereka dan menjalani kehidupan yang lebih stabil. Namun, stigma, kesulitan diagnosa, dan kurangnya pemahaman tentang alter masih menjadi hambatan yang perlu diatasi oleh masyarakat dan profesional kesehatan mental.