Negativism: Pengertian, Jenis, dan Masalah yang Sering Terjadi

Negativism adalah sikap atau kecenderungan seseorang untuk menolak, menentang, atau bersikap oposisi terhadap perintah, saran, atau norma sosial, bahkan tanpa alasan yang jelas. Dalam psikologi, negativism sering dikaitkan dengan gangguan perilaku, gangguan kepribadian, atau kondisi neurologis tertentu.

Sikap negatif ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari menolak instruksi secara pasif (misalnya diam dan tidak bereaksi) hingga secara aktif melawan atau melakukan kebalikan dari apa yang diminta. Negativism sering ditemukan pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa dengan kondisi tertentu seperti Oppositional Defiant Disorder (ODD), skizofrenia, atau gangguan spektrum autisme.

Jenis-Jenis Negativism

1. Negativism Pasif

  • Individu dengan negativism pasif menolak untuk merespons perintah atau permintaan, tetapi tanpa melakukan perlawanan secara terbuka. Misalnya, seseorang yang diam dan tidak bergerak saat diminta melakukan sesuatu.

2. Negativism Aktif

  • Individu dengan negativism aktif secara sengaja melakukan kebalikan dari apa yang diperintahkan atau disarankan. Misalnya, ketika diminta untuk duduk, ia justru berdiri atau bergerak menjauh.

Penyebab Negativism dalam Psikologi

Negativism dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik psikologis maupun neurologis, di antaranya:

1. Masa Kanak-Kanak dan Perkembangan Normal

  • Pada anak-anak, negativism sering muncul sebagai bagian dari fase perkembangan, terutama saat mereka mulai mengembangkan identitas dan kemandirian.

2. Gangguan Kepribadian atau Mental

  • Negativism bisa menjadi gejala dari gangguan psikologis seperti Oppositional Defiant Disorder (ODD), gangguan kepribadian paranoid, atau gangguan bipolar.

3. Gangguan Neurologis

  • Kondisi seperti demensia, skizofrenia, atau gangguan spektrum autisme dapat menyebabkan negativism karena gangguan dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan.

4. Stres dan Trauma

  • Individu yang mengalami tekanan emosional atau trauma berat mungkin menunjukkan sikap negativis sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri.

5. Lingkungan dan Pola Asuh

  • Pola asuh yang terlalu otoriter atau sebaliknya, terlalu permisif, dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan perilaku negativis sebagai bentuk perlawanan atau penolakan terhadap kontrol orang lain.

Dampak Negativism dalam Kehidupan Sehari-hari

Negativism yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif terhadap individu dan lingkungan sekitarnya. Beberapa dampak tersebut meliputi:

  • Kesulitan dalam Hubungan Sosial – Seseorang yang sering menolak atau menentang tanpa alasan jelas bisa mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.
  • Masalah di Lingkungan Kerja atau Sekolah – Sikap negativis dapat menghambat kerja sama tim dan mempersulit individu dalam mencapai keberhasilan akademik atau profesional.
  • Meningkatkan Risiko Konflik – Orang dengan kecenderungan negativism lebih mudah terlibat dalam konflik interpersonal karena sikap oposisi yang terus-menerus.
  • Dampak pada Kesehatan Mental – Negativism yang kronis dapat berkontribusi pada perasaan stres, kecemasan, atau bahkan depresi.

Cara Mengatasi Negativism

Untuk mengelola negativism, diperlukan pendekatan yang tepat, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan perilaku tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pendekatan Kognitif dan Perilaku

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu individu memahami pola pikir negatif mereka dan mengubahnya menjadi lebih konstruktif.

2. Komunikasi yang Lebih Baik

  • Membangun komunikasi yang lebih terbuka dan empatik dapat membantu mengurangi resistensi terhadap arahan atau saran dari orang lain.

3. Latihan Regulasi Emosi

  • Teknik seperti mindfulness dan meditasi dapat membantu individu mengelola emosi mereka dengan lebih baik.

4. Membangun Pola Asuh yang Sehat

  • Untuk anak-anak, orang tua dapat menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel, memberikan pilihan yang masuk akal daripada memaksakan perintah secara langsung.

5. Pemberian Konsekuensi yang Konsisten

  • Dalam kasus anak-anak dengan Oppositional Defiant Disorder (ODD), penting untuk menetapkan konsekuensi yang jelas terhadap perilaku negativis agar mereka memahami dampak dari tindakan mereka.

Masalah yang Sering Terjadi dalam Mengatasi Negativism

Meskipun ada berbagai cara untuk mengatasi negativism, beberapa tantangan sering muncul dalam prosesnya, di antaranya:

1. Kesulitan dalam Mendeteksi Penyebab Utama

  • Tidak semua individu menyadari bahwa mereka memiliki kecenderungan negativis, sehingga sulit untuk mencari solusi yang tepat.

2. Resistensi terhadap Perubahan

  • Individu dengan negativism yang kuat sering kali menolak upaya perubahan, bahkan ketika perubahan tersebut menguntungkan mereka.

3. Kurangnya Dukungan Sosial

  • Lingkungan yang kurang mendukung atau penuh tekanan dapat memperparah kecenderungan negativis seseorang.

4. Kesalahan dalam Pola Asuh atau Pendekatan Terapi

  • Menghadapi individu dengan negativism membutuhkan pendekatan yang tepat; metode yang terlalu keras atau terlalu lembut bisa memperburuk kondisi mereka.

5. Keterbatasan Akses ke Layanan Psikologis

  • Tidak semua individu memiliki akses yang mudah ke terapi psikologis atau dukungan profesional yang mereka butuhkan.

Kesimpulan

Negativism adalah kecenderungan seseorang untuk menolak atau menentang instruksi tanpa alasan yang jelas. Sikap ini dapat muncul sebagai bagian dari perkembangan normal anak-anak, tetapi juga dapat menjadi gejala gangguan psikologis atau neurologis.

Jika tidak dikelola dengan baik, negativism dapat berdampak negatif pada hubungan sosial, kehidupan akademik atau pekerjaan, serta kesehatan mental seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebabnya dan menerapkan pendekatan yang tepat, seperti terapi perilaku, komunikasi yang lebih baik, serta pengelolaan emosi.

Meskipun mengatasi negativism bisa menjadi tantangan, dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang cukup, individu dengan kecenderungan ini dapat mengembangkan pola pikir yang lebih adaptif dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *