Dicho (Dikotomi) dalam Psikologi

Dalam psikologi, dikotomi sering digunakan untuk menjelaskan cara manusia memahami dunia dengan membagi sesuatu menjadi dua kategori yang berbeda atau bertentangan. Beberapa contoh dalam psikologi meliputi:

1. Dikotomi Pikiran dan Tubuh (Mind-Body Dualism)

  • Konsep dari filsuf René Descartes yang menyatakan bahwa pikiran (kesadaran) dan tubuh (materi) adalah dua entitas yang terpisah.
  • Dalam psikologi modern, ini berkembang menjadi perdebatan antara faktor biologis vs. faktor psikologis dalam perilaku manusia.

2. Dikotomi Rasional vs. Emosional

  • Pikiran manusia sering dianggap beroperasi dalam dua mode: rasional (berbasis logika) dan emosional (berbasis perasaan).
  • Konsep ini terlihat dalam teori psikologi kognitif dan afektif.

3. Dikotomi Sadar vs. Bawah Sadar

  • Sigmund Freud membagi pikiran menjadi kesadaran (conscious) dan bawah sadar (unconscious), di mana banyak dorongan dan keinginan tersembunyi dalam alam bawah sadar.

4. Dikotomi Hitam-Putih dalam Kognisi

  • Dalam psikologi kognitif dan terapi kognitif-behavioral (CBT), “black-and-white thinking” adalah pola berpikir yang melihat sesuatu dalam dua kategori ekstrem tanpa mempertimbangkan nuansa di antaranya.

Masalah yang Sering Terjadi dengan Dikotomi dalam Psikologi

  • Penyederhanaan Berlebihan → Banyak fenomena psikologis lebih kompleks daripada sekadar dua kategori yang berlawanan.
  • Bias Kognitif → Pola pikir dikotomis dapat menyebabkan individu melihat dunia secara ekstrem, yang bisa berkontribusi pada gangguan kecemasan dan depresi.
  • Pengaruh pada Keputusan → Dalam pengambilan keputusan, berpikir dalam dikotomi bisa menghalangi pemahaman yang lebih luas dan fleksibel terhadap suatu masalah.

Kesimpulan

Konsep “dicho” dalam psikologi berasal dari akar Yunani yang berarti pemisahan atau pembagian. Dalam psikologi, ini sering dikaitkan dengan dikotomi, yaitu cara berpikir yang membagi sesuatu menjadi dua bagian yang berlawanan. Meskipun dikotomi bisa membantu dalam memahami konsep secara sederhana, sering kali realitas lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan yang lebih fleksibel.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *