Pengertian Fugue dalam Psikologi
Dalam psikologi, fugue merujuk pada suatu kondisi gangguan disosiatif yang ditandai dengan hilangnya ingatan tentang identitas diri, sering kali disertai dengan perjalanan tiba-tiba ke tempat yang jauh tanpa disadari atau direncanakan sebelumnya. Individu yang mengalami fugue state biasanya tidak ingat siapa mereka, dari mana asalnya, atau bahkan detail penting dalam kehidupan mereka.
Istilah ini berasal dari bahasa Latin “fuga”, yang berarti “melarikan diri,” menggambarkan sifat dari gangguan ini di mana individu dapat meninggalkan kehidupan sebelumnya tanpa kesadaran atau alasan yang jelas.
Ciri-Ciri dan Gejala Fugue
Orang yang mengalami fugue dapat menunjukkan gejala berikut:
1. Kehilangan identitas diri secara mendadak → Tidak mengenali diri sendiri atau kehidupan sebelumnya.
2. Perjalanan ke tempat baru tanpa ingatan yang jelas → Bisa berpindah kota atau negara tanpa menyadari bagaimana mereka sampai di sana.
3. Perilaku tampak normal → Orang dalam keadaan fugue dapat tetap berfungsi secara sosial dan bahkan memulai kehidupan baru tanpa menyadari bahwa mereka telah melupakan masa lalunya.
4. Kehilangan ingatan bersifat sementara → Bisa berlangsung selama beberapa jam, hari, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi dalam beberapa kasus, memori bisa kembali secara tiba-tiba.
5. Tidak ada gangguan fisik yang jelas → Fugue bukan disebabkan oleh cedera otak atau kondisi neurologis lainnya, melainkan terkait dengan stres psikologis yang ekstrem.
Penyebab Terjadinya Fugue
Fugue biasanya terjadi sebagai mekanisme pertahanan terhadap trauma emosional yang sangat besar. Beberapa penyebab yang umum meliputi:
1. Trauma atau Stres Berat → Pengalaman traumatis seperti kekerasan, pelecehan, bencana alam, atau perang bisa memicu seseorang untuk “kabur” dari ingatan mereka.
2. Gangguan Disosiatif Lainnya → Fugue sering dikaitkan dengan gangguan disosiatif lainnya, seperti Dissociative Identity Disorder (DID).
3. Konflik Emosional yang Tak Terselesaikan → Masalah psikologis yang tidak dihadapi secara sadar bisa menyebabkan pelarian psikologis dalam bentuk fugue.
4. Pengaruh Substansi atau Gangguan Mental → Penggunaan obat-obatan tertentu atau kondisi seperti depresi berat juga dapat berkontribusi pada fugue.
Dampak Psikologis dari Fugue
Fugue dapat berdampak serius pada kehidupan seseorang, baik selama episode berlangsung maupun setelahnya.
Dampak Selama Episode Fugue
- Individu bisa kehilangan pekerjaan atau keluarga karena tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas.
- Kesulitan dalam kehidupan sosial karena mereka tidak mengenali orang-orang di sekitar mereka.
- Rentan terhadap bahaya karena tidak memiliki identitas yang jelas dan mungkin tersesat tanpa sumber daya yang memadai.
Dampak Setelah Episode Fugue
- Kebingungan dan stres emosional setelah kembali ke identitas aslinya.
- Kesulitan dalam menjelaskan kepada orang lain mengapa mereka pergi atau apa yang terjadi selama fugue.
- Potensi trauma berulang jika akar masalah psikologis yang menyebabkan fugue tidak ditangani.
Masalah yang Sering Terjadi Berkaitan dengan Fugue
1. Kesulitan Diagnosis → Karena fugue jarang terjadi dan memiliki gejala yang menyerupai gangguan lain, sering kali sulit bagi profesional medis untuk mengenalinya secara langsung.
2. Stigma Sosial → Orang yang mengalami fugue sering kali dianggap “berpura-pura” atau mengalami gangguan mental berat, yang dapat memperburuk kondisi psikologis mereka.
3. Kesulitan dalam Pemulihan Memori → Tidak semua orang yang mengalami fugue dapat sepenuhnya mengingat kembali masa lalu mereka.
4. Kehilangan Identitas dan Hubungan Sosial → Banyak individu yang kembali dari episode fugue merasa terasing dari keluarga dan teman-teman mereka.
Kesimpulan
Fugue adalah bentuk gangguan disosiatif yang serius di mana seseorang kehilangan identitasnya dan sering kali melakukan perjalanan tanpa menyadari alasan di baliknya. Gangguan ini biasanya terjadi sebagai respons terhadap trauma atau stres berat dan dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang.
Dukungan psikologis yang tepat, terapi kognitif, dan lingkungan yang suportif sangat penting dalam membantu individu yang mengalami fugue untuk pulih dan memahami akar penyebab kondisi mereka. Masyarakat juga perlu lebih memahami kondisi ini agar stigma dan kesalahpahaman tentang fugue dapat dikurangi.