Interactionism dalam Psikologi dan Filsafat

Interactionism adalah teori yang menyatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara faktor biologis (seperti otak dan tubuh) dengan faktor mental (seperti pikiran dan kesadaran) dalam menentukan perilaku manusia. Teori ini juga digunakan dalam sosiologi untuk menjelaskan bagaimana individu dan lingkungan sosial saling mempengaruhi.

1. Interactionism dalam Filsafat Pikiran

Dalam filsafat pikiran, interactionism adalah bentuk dualism yang menyatakan bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang berbeda tetapi dapat saling memengaruhi.

  • Teori ini berlawanan dengan materialisme, yang menyatakan bahwa semua proses mental dapat dijelaskan oleh aktivitas fisik di otak.
  • Juga berlawanan dengan idealism, yang menyatakan bahwa hanya pikiran yang benar-benar ada.

Filsuf René Descartes adalah salah satu pendukung awal interactionism, yang berpendapat bahwa pikiran (jiwa) dan tubuh berinteraksi melalui kelenjar pineal di otak. Namun, teori ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana entitas non-fisik (pikiran) dapat mempengaruhi sesuatu yang fisik (tubuh).

2. Interactionism dalam Psikologi

Dalam psikologi, interactionism sering digunakan untuk memahami hubungan antara faktor bawaan (nature) dan pengaruh lingkungan (nurture) dalam perkembangan manusia.

  • Psikologi Perkembangan: Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga oleh interaksi dengan lingkungan sosial.
  • Teori Kepribadian: Menurut pendekatan interactionist, kepribadian bukan hanya hasil dari faktor biologis atau sosial saja, tetapi dari interaksi keduanya.

Misalnya, seseorang yang memiliki kecenderungan genetik untuk agresi mungkin tidak menunjukkan perilaku agresif jika dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, lingkungan yang keras dapat memperkuat kecenderungan tersebut.

3. Interactionism dalam Sosiologi

Dalam sosiologi, interactionism sering dikaitkan dengan symbolic interactionism, yang berfokus pada bagaimana individu membangun makna sosial melalui interaksi.

  • George Herbert Mead dan Herbert Blumer mengembangkan teori ini, dengan menyatakan bahwa identitas dan makna sosial terbentuk melalui komunikasi simbolik seperti bahasa dan gestur.
  • Contoh: Makna dari suatu simbol, seperti berjabat tangan, dapat berbeda di berbagai budaya tergantung pada bagaimana simbol tersebut digunakan dalam interaksi sosial.

Interactionism dalam sosiologi juga berperan dalam memahami bagaimana peran sosial (seperti menjadi seorang guru atau dokter) dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi dengan orang lain.

4. Contoh Penerapan Interactionism

  • Dalam Pendidikan: Seorang siswa yang awalnya kurang percaya diri dapat meningkatkan motivasi belajarnya jika didukung oleh lingkungan yang positif, menunjukkan interaksi antara faktor psikologis dan sosial.
  • Dalam Psikologi Klinis: Gangguan mental seperti depresi dapat berkembang karena kombinasi faktor biologis (ketidakseimbangan neurotransmitter) dan faktor lingkungan (tekanan sosial atau trauma).
  • Dalam Teknologi dan Perilaku Manusia: Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi cara seseorang membentuk identitasnya melalui interaksi dengan orang lain secara online.

5. Kesimpulan

Interactionism adalah teori yang menekankan hubungan timbal balik antara pikiran dan tubuh, serta antara individu dan lingkungannya. Dalam filsafat, teori ini membahas bagaimana pikiran dapat mempengaruhi tubuh dan sebaliknya. Dalam psikologi dan sosiologi, interactionism digunakan untuk memahami bagaimana faktor biologis dan sosial saling memengaruhi dalam membentuk perilaku dan identitas manusia.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *