Dichotomy berasal dari bahasa Yunani dichotomia, yang berarti “pembagian menjadi dua bagian yang berlawanan atau terpisah.” Dalam psikologi, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan cara berpikir, konsep, atau struktur yang terbagi menjadi dua kategori yang kontras.
Dichotomy dalam Konteks Psikologi
Dichotomous Thinking (Pemikiran Dikotomis)
Disebut juga pemikiran hitam-putih, yaitu cara berpikir yang membagi segala sesuatu ke dalam dua kategori ekstrem tanpa mempertimbangkan kemungkinan di antaranya.
Contohnya:
- “Saya harus sukses atau saya gagal total.”
- “Orang ini baik atau jahat, tidak ada di antaranya.”
Pemikiran dikotomis sering dikaitkan dengan gangguan kognitif, seperti pada penderita depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian borderline (BPD).
Dichotomy dalam Teori Psikologi
Banyak konsep dalam psikologi menggunakan pendekatan dikotomi, seperti:
- Teori Freud → Id vs. Superego
- Psikologi Kepribadian → Introvert vs. Ekstrovert (Carl Jung)
- Teori Perkembangan Kognitif Piaget → Asimilasi vs. Akomodasi
- Pemrosesan Otak → Pemrosesan sadar vs. bawah sadar
Dichotomy dalam Persepsi dan Kognisi
Otak manusia sering menyederhanakan informasi dengan membaginya ke dalam dua kategori, seperti:
- Baik vs. buruk
- Benar vs. salah
- Pria vs. wanita
Meskipun cara ini membantu dalam pengambilan keputusan cepat, terlalu mengandalkan pemikiran dikotomis dapat menyebabkan bias kognitif dan kesalahan persepsi.
Masalah yang Berkaitan dengan Dichotomy dalam Psikologi
- Keterbatasan dalam Berpikir → Pemikiran dikotomis dapat membuat seseorang kesulitan melihat nuansa abu-abu dalam kehidupan nyata.
- Gangguan Mental → Pemikiran hitam-putih sering menjadi ciri khas dari gangguan seperti BPD, OCD, atau depresi.
- Konflik Sosial dan Budaya → Pola pikir yang membagi dunia menjadi dua kelompok yang bertentangan bisa memicu stereotip, diskriminasi, dan konflik antarindividu atau kelompok.
Kesimpulan
Dichotomy dalam psikologi merujuk pada kecenderungan membagi dunia ke dalam dua kategori berlawanan. Meskipun ini bisa membantu dalam pemrosesan informasi, terlalu mengandalkan pemikiran dikotomis dapat menyebabkan distorsi kognitif, kesalahan berpikir, dan masalah psikologis. Oleh karena itu, penting untuk melatih pola pikir yang lebih fleksibel dan seimbang.